Rabu, 10 Oktober 2012

Alam pikiran dan pandangan hidup orang Jawa

Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelumnya semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Pusat yang dimakusd disini dalam pengertian ini adalah yang dapat memebrikan penghidupan, kesimbangan, dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan penghubung dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang demikian biasa disebut Kawula lan Gusti, yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir itulah manusia menyerahkan diri selaku kawula terhadap gustinya.


Sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan bukan muslim santri yaitu yang telah mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati.
Niels Mulder mengatakan bahwa pandangan hidup merupakan suatu abstraksi dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah pengaturan mental dari pengalaman hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu sikap terhadap hidup.
Ciri pandangan hidup orang Jawa adalah realitas yang mengarah kepada pembentukan antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Orang Jawa bahwa kehidupan mereka telah ada garisnya, mereka hanya menjalankan saja.
Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu atau merupakan kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural da penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius. Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.
Dalam makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki hirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan orang Jawa dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia atas-dunia manusia-dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan.
Sikap dan pandangan tehadap dunia nyata (mikrokosmos) adalah tercermin pada kehidupan manusia dengan lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam mengahdapi kehidupan manusia yang baik dan benar didunia ini tergantung pada kekuatan batin dan jiwanya.
Bagi orang Jawa, pusat di dunia ada pada raja dan karaton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja adalah perwujudan Tuhan di dunia sehingga dalam dirinya terdapat keseimbangan berbagai kekuatan alam. Jadi raja adalah pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari Tuhan dengan karaton sebagai kediaman raja . karaton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja karena raja merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan

Kegiatan religius orang Jawa Kejawen
Menurut kamus bahasa Inggris istilah kejawen adalah Javanism, Javaneseness; yang merupakan suatu cap deskriptif bagi unsur-unsur kebudayaan Jawa yang dianggap sebagai hakikat Jawa dan yang mendefinisikannya sebagai suatu kategori khas. Javanisme yaitu agama besarta pandangan hidup orang. Javanisme yaitu agama besarta pandangan hidup orang Jawa yang menekankan ketentraman batin, keselarasan dan keseimbangan, sikap nrima terhadap segala peristiwa yang terjadi sambil menempatkan individu di bawah masyarakat dan masyarakat dibawah semesta alam.
Niels Mulder memperkirakan unsur-unsur ini berasal dari masa Hindu-Budha dalam sejarah Jawa yang berbaur dalam suatu fisafat, yaitu sistem khusus dari dasar bagi perilaku kehidupan. Sistem pemikiran Javanisme adalah lengkap pada dirinya, yang berisikan kosmologi, mitologi, seperangkat konsepsi yang pada hakikatnya bersifat mistik dan sebagainya yang anthropologi Jawa tersendiri, yaitu suatu sistem gagasan mengenai sifat dasar manusia dan masyarakat yang pada gilirannya menerangkan etika, tradisi, dan gaya Jawa. Singkatnya Javanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai suatu badan pengetahuan yang menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan kehidupan sebagimana adanya dan rupanya. Jadi kejawen bukanlah suatu kategori keagamaan, tetapi menunjukkan kepada suatu etika dan gaya hidup yang diilhami oleh cara berpikir Javanisme.
Sebagian besar dari masyarakat Jawa adalah Jawa Kejawen atau Islam abangan, dalam hal ini mereka tidak menjalani kewajiban-kewajiban agama Islam secara utuh misalnya tidak melakukan sembayang lima waktu, tidak ke mesjid dan ada juga yang tidak berpuasa di saat bulan Ramadhan. Dasar pandangan mereka adalah pendapat bahwa tatanan alam dan masyarakat sudah ditentukan dalam segala seginya. Mereka menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya jadi mereka harus menaggung kesulitanhidupnya dengan sabar. Anggapan-anggapan mereka itu berhubungan erat dengan kepercayaan mereka pada bimbingan adikodrati dan bantuan dari roh nenek moyang yang seperti Tuhan sehingga menimbulkan perasaan keagamaan dan rasa aman
Kejawen dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti tentang rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa kejawen ini sering sekali diwakili yang paling baik oleh golongan elite priyayi lama dan keturunan-keturunannya yang menegaskan adalah bahwa kesadaran akan budaya sendiri merupakan gejala yang tersebar luas dikalangan orang Jawa. Kesadaran akan budaya ini sering kali menjadi sumber kebanggaan dan identitas kultural. Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa sevara mendalam sebagai kejawen.
Keagamaan orang Jawa Kejawen ditentukan oleh kepercayaan mereka pada pelbagai macam roh-roh yang tidak kelihatan yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyakit apabila mereka dibuat marah atau penganutnya tidak hati-hati. Untuk melindungi semuanya itu, orang Jawa kejawen memberi sesajen atau caos dahar yang dipercaya dapat mengelakkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya terdiri dari nasi dan aneka makanan lain, daun-daun bunga serta kemenyan.
Contoh kegiatan religius dalam masyarakat Jawa, khususnya orang Jawa Kejawen adalah puasa atau siam. Orang Jawa Kejawen mempunyai kebiasaan berpuasa pada hari-hari tertentu misalnya Senin-Kamis atau pada hari lahir, semuanya itu merupakan asal mula dari tirakat. Dengan tirakat orang dapat menjadi lebih tekun da kelak akan mendapat pahala. Orang Jawa kejawen menganggap bertapa adalah suatu hal yang penting. Dalam kesusastraan kuno orang Jawa, orang yang berabad-abad bertapa dianggap sebagai orang keramat karena dengan bertapa orang dapat menjalankan kehidupan yang ketat ini dengan disiplin tinggi serta mampu manahan hawa nafsu sehingga tujuan-tujuan yang penting dapat tercapai. Kegiatan orang Jawa kejawen yang lainnya adalah meditasi atau semedi. Menurut Koentjaraningrat, meditasi atau semedi biasanya dilakukan bersama-sama dengan tapabrata (bertapa) dan dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap keramat misalnya di gunung, kuburan, ruang yang dikeramatkan dan sebagainya. Pada umumnya orang melakukan meditasi adalah untuk mendekatkan atau menyatukan diri dengan Tuhan. 

Kalender Spiritual Jawa

Kalender Spiritual 

Jawa



Kalender Jawa sama halnya dengan kalender-kalender yang lain menunjukkan tahun, bulan, tanggal dan hari dari suatu saat. Dalam kalender ini selain ada tujuh hari, minggu sampai dengan sabtu juga ada lima hari pasaran : kliwon, legi, pahing, pon dan wage.
Di Jawa kedua macam hari itu digabungkan untuk mengingat kejadian-kejadian yang penting, misalnya seseorang lahir hari Minggu-Kliwon atau Minggu-Wage; seseorang meninggal hari Jumat-Legi atau Jumat –Pon.  
Sultan Agung yang terkenal, ratu binatara kerajaan Mataram kedua lahir dan wafat pada Jumat-Legi. Beliau itu dihormati sebagai ratu bijak di tanah Jawa. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 adalah juga pada Jumat-Legi. Orang tradisional biasanya tidak akan kawin atau melakukan hal-hal yang penting, pada saat yang dianggap “Hari Jelek” antara lain hari kematian orang tuanya.
Simbol perputaran hidup
Kalender Jawa menunjukkan perputaran hidup antara manusia dimana hidup itu diciptakan oleh Gusti, pencipta Jagay Raya, tuhan Yang Maha Kuasa.  
Tahun
Terdapat delapan nama dari tahun Jawa, misalnya tahun internasional 1999 sama dengan tahun Jawa, Ehe 1932 yang dimulai sejak bulan Sura, bulan pertama
Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut : 
 
1. Purwana - Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
2. Karyana - Ehe, artinya tumandang (melakukan)
3. Anama    - Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)
4. Lalana    - Je, artinya lelakon (proses, nasib)  

5. Ngawana    - Dal, artinya urip (hidup)
6. Pawaka      - Be, artinya bola-bali (selalu kembali)
7. Wasana       - Wawu, artinya marang (kearah)
8. Swasana      - Jimakir, artinya suwung (kosong)  

Kedelapan tahun itu membentuk kalimat: ada-ada tumandang gawe lelakon urip bola-bali marang suwung. Terjemahan bebasnya kurang lebih : mulai melaksanakan aktifitas untuk proses kehidupan dan selalu kembali kepada kosong.
Tahun dalam bahasa Jawa itu wiji (benih), kedelapan tahun itu menerangkan proses dari perkembangan wiji (benih) yang selalu kembali kepada kosong yaitu lahir-mati, lahir-mati selalu berputar
Nama-nama Bulan
Satu tahun terdiri dari 12 bulan yang meninjukkan sangkar paraning dumadi (asalnya dari mana dan akan pergui kemana), disini ada 12 proses yaitu :  
 
1. Warana          Sura, artinya rijal
2. Wadana          Sapar, artinya wiwit
3. Wijangga        Mulud, artinya kanda
4. Wiyana           Bakda Mulud, artinya ambuka
5. Widada           Jumadi Awal, artinya wiwara
6. Widarpa         Jumadi Akhir, artinya rahsa  

7. Wilapa             Rejep, artiya purwa
8. Wahana            Ruwah, artinya dumadi
9. Wanana            Pasa, artinya madya
10Wurana            Sawal, artinya wujud
11Wujana            Sela, artinya wusana
12Wujala             Besar, artinya kosong  

Setiap eksistensi dari hidup manusia baru dimualai dengan Rijal (sinar hidup yang diciptakan oleh kekuatan gaib dari Gusti Tuhan). Perputaran hidup manusia adalah dari rijal kembali ke rijal melalui suwung (kosong). Dari bulan pertama sampai dengan bulan ke sembilan manusia baru tersebut berada di kandungan ibu dalam proses untuk mengambil bayi hidup yang sempurna, siap untuk lahir; dari bulan kesepuluh dia menjadi seorang manusia yang hidup didunia ini. Bulan kesebelas melambungkan akhir dari pada eksistensinya didunia ini yaitu, wusana artinya sesudahnya. Yang terakhir adalah suwung artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana hidup itu datang. Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi rijal, inilah perputaran hidup karena hidup itu abadi.
Ada kalanya orang tua bijak memberikan nasihat sebaiknya setipa orang itu tahu inti dari sangkan paraning dumadi atau purwa, madya, wusana. Sehingga orang akan selalu bertingkah laku yang baik dan benar selama diberi kesampatan untuk hidup didunia ini.
Dino pitu (hari tujuh)
Nama hariini dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap bumi adalah nama dari ke tujuh tersebut.
 
1.      Radite              Minggu, melambnagkan meneng (diam)
2.      Soma                Senen, melambangkan maju
3.      Hanggara        Selasa, melambangkan mundur
4.      Budha              Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
5.      Respati             Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
6.      Sukra               Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
7.      Tumpak            Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)
 
Hari Pasaran lima
Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap)dari bulan
1.      Kliwon             Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)
2.      Legi                  manis, melambangkan mungkur (berbalik arah kebelakang)
3.      Pahing              Pahit, melambangkan madep (menghadap)
4.      Pon                  Petak, melambangkan sare (tidur)
5.      Wage               Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)
 
Tanggal
1.      Tanggal pertama tiap bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang.
2.      Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.
3.      Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
4.      Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya ingatannya.
5.      Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.
6.      Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.
7.      Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.
Proses perputaran hidup ini dinamakan cakromanggilingan (cakra = senjata berbentuk roda yang bergigi tajam, manggilingan = selalu berputar) atau juga disebut herucakra. Manusia yang berbudi baik selalu mengikuti jalan yang diperkenankan oleh Yang Kuasa orang terdebut akan dituntun mengetahui sanggkan paraning dumadi (datang ke dunia berawal suci hidup didunia berhati dan berperilaku suci dan kembali dalam keadaan suci lagi) Wabillahitaufikwalhidayah Wassalammualaikum

Sabtu, 06 Oktober 2012

Griya 2012

Rumah hook (pojok) lokasi strategis  luas tanah / bangunan 129 / 50 pln 900 watt,sumur, ada kolam ikan hrg 200 juta nego
hub 082140921912



Permata Candiloka M2 no 14 Candi - Sidoarjo jawa timur