Sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan
bukan muslim santri yaitu yang telah mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir Islam dengan
pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati.
Niels Mulder mengatakan bahwa pandangan hidup
merupakan suatu abstraksi dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah pengaturan mental
dari pengalaman hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu sikap terhadap hidup.
Ciri pandangan hidup orang Jawa adalah realitas
yang mengarah kepada pembentukan antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati
yang dianggap keramat. Orang Jawa bahwa kehidupan mereka telah ada garisnya, mereka hanya
menjalankan saja.
Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala
sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu atau merupakan kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu
terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan
yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
Alam
pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan
mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam
semesta yang mengandung kekuatan supranatural da penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius.
Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata.
Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara
kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.
Dalam
makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki hirarki yang ditujukan dengan
adanya jenjang alam kehidupan orang Jawa dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia
atas-dunia manusia-dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu pusat
yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan.
Sikap
dan pandangan tehadap dunia nyata (mikrokosmos) adalah tercermin pada kehidupan manusia dengan
lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala
sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam mengahdapi kehidupan manusia yang baik dan benar didunia ini
tergantung pada kekuatan batin dan jiwanya.
Bagi
orang Jawa, pusat di dunia ada pada raja dan karaton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja
adalah perwujudan Tuhan di dunia sehingga dalam dirinya terdapat keseimbangan berbagai kekuatan alam.
Jadi raja adalah pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari Tuhan dengan
karaton sebagai kediaman raja . karaton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja
karena raja merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan membawa
ketentraman, keadilan dan kesuburan
Kegiatan religius orang Jawa Kejawen
Menurut
kamus bahasa Inggris istilah kejawen adalah Javanism, Javaneseness; yang merupakan suatu cap
deskriptif bagi unsur-unsur kebudayaan Jawa yang dianggap sebagai hakikat Jawa dan yang
mendefinisikannya sebagai suatu kategori khas. Javanisme yaitu agama besarta pandangan hidup orang.
Javanisme yaitu agama besarta pandangan hidup orang Jawa yang menekankan ketentraman batin,
keselarasan dan keseimbangan, sikap nrima terhadap segala peristiwa yang terjadi sambil menempatkan
individu di bawah masyarakat dan masyarakat dibawah semesta alam.
Niels
Mulder memperkirakan unsur-unsur ini berasal dari masa Hindu-Budha dalam sejarah Jawa yang berbaur
dalam suatu fisafat, yaitu sistem khusus dari dasar bagi perilaku kehidupan. Sistem pemikiran
Javanisme adalah lengkap pada dirinya, yang berisikan kosmologi, mitologi, seperangkat konsepsi yang
pada hakikatnya bersifat mistik dan sebagainya yang anthropologi Jawa tersendiri, yaitu suatu sistem
gagasan mengenai sifat dasar manusia dan masyarakat yang pada gilirannya menerangkan etika, tradisi,
dan gaya Jawa. Singkatnya Javanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai suatu badan
pengetahuan yang menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan kehidupan sebagimana adanya dan
rupanya. Jadi kejawen bukanlah suatu kategori keagamaan, tetapi menunjukkan kepada suatu etika dan
gaya hidup yang diilhami oleh cara berpikir Javanisme.
Sebagian
besar dari masyarakat Jawa adalah Jawa Kejawen atau Islam abangan, dalam hal ini mereka tidak
menjalani kewajiban-kewajiban agama Islam secara utuh misalnya tidak melakukan sembayang lima waktu,
tidak ke mesjid dan ada juga yang tidak berpuasa di saat bulan Ramadhan. Dasar pandangan mereka
adalah pendapat bahwa tatanan alam dan masyarakat sudah ditentukan dalam segala seginya. Mereka
menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan
sebelumnya jadi mereka harus menaggung kesulitanhidupnya dengan sabar. Anggapan-anggapan mereka itu
berhubungan erat dengan kepercayaan mereka pada bimbingan adikodrati dan bantuan dari roh nenek
moyang yang seperti Tuhan sehingga menimbulkan perasaan keagamaan dan rasa aman
Kejawen
dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti tentang rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa
kejawen ini sering sekali diwakili yang paling baik oleh golongan elite priyayi lama dan
keturunan-keturunannya yang menegaskan adalah bahwa kesadaran akan budaya sendiri merupakan gejala
yang tersebar luas dikalangan orang Jawa. Kesadaran akan budaya ini sering kali menjadi sumber
kebanggaan dan identitas kultural. Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa sevara
mendalam sebagai kejawen.
Keagamaan
orang Jawa Kejawen ditentukan oleh kepercayaan mereka pada pelbagai macam roh-roh yang tidak
kelihatan yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyakit apabila mereka dibuat marah
atau penganutnya tidak hati-hati. Untuk melindungi semuanya itu, orang Jawa kejawen memberi sesajen
atau caos dahar yang dipercaya dapat mengelakkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan
mempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya terdiri dari nasi dan
aneka makanan lain, daun-daun bunga serta kemenyan.
Contoh
kegiatan religius dalam masyarakat Jawa, khususnya orang Jawa Kejawen adalah puasa atau siam. Orang
Jawa Kejawen mempunyai kebiasaan berpuasa pada hari-hari tertentu misalnya Senin-Kamis atau pada
hari lahir, semuanya itu merupakan asal mula dari tirakat. Dengan tirakat orang dapat menjadi lebih tekun da kelak akan mendapat pahala. Orang Jawa
kejawen menganggap bertapa adalah suatu hal yang penting. Dalam kesusastraan kuno orang Jawa, orang
yang berabad-abad bertapa dianggap sebagai orang keramat karena dengan bertapa orang dapat
menjalankan kehidupan yang ketat ini dengan disiplin tinggi serta mampu manahan hawa nafsu sehingga
tujuan-tujuan yang penting dapat tercapai. Kegiatan orang Jawa kejawen yang lainnya adalah meditasi
atau semedi. Menurut Koentjaraningrat, meditasi atau semedi biasanya dilakukan bersama-sama dengan
tapabrata (bertapa) dan dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap keramat misalnya di gunung,
kuburan, ruang yang dikeramatkan dan sebagainya. Pada umumnya orang melakukan meditasi adalah untuk
mendekatkan atau menyatukan diri dengan Tuhan.